Duduk dalam jangka waktu lama bisa membunuh seseorang secara perlahan. Peneliti menyebutnya sebagai 'sitting disease' atau penyakit duduk. Penyakit ini diperkirakan akan semakin meningkat di masa depan dan kelak bisa mengancam kesehatan manusia.
Berdasarkan poling yang dilakukan Institute for Medicine and Public Health terhadap 6.300 orang, diketahui bahwa rata-rata orang Amerika menghabiskan waktu 56 jam dalam seminggu hanya untuk duduk. Penyakit duduk kini kian mengancam manusia modern.
"Tubuh manusia yang terbentuk sejak jutaan tahun lalu berkembang untuk melakukan satu hal, yaitu gerakan. Sebagai makhluk hidup, kita berevolusi untuk bisa berdiri tegak. Lingkungan kita sebenarnya menuntut aktivitas fisik," kata James Levine, MD, PhD,dari Mayo Clinic, Rochester seperti dilansir New York Daily News, Rabu (16/12/2009).
"Tapi hari ini teori itu semakin menurun. Semuanya karena teknologi yang membuat manusia menjadi makhluk malas. Kehidupan yang serba elektronik telah menggantikan semua aktivitas fisik sehari-hari manusia," tambah James.
Menurut Marc Hamilton, PhD, profesor biomedis dari University of Missouri, metabolisme tubuh akan terganggu saat duduk dalam jangka waktu lama. "Setelah duduk berjam-jam, tubuh akan mulai mematikan tingkatan metabolismenya, menurunkan sirkulasi dan sedikit membakar kalori," ujar Hamilton.
Semakin sedikit bergerak, semakin sedikit pula gula dalam darah yang digunakan tubuh. "Bahkan setiap 2 jam duduk, kemungkinan terkena diabetes meningkat sebesar 7 persen," kata Hamilton.
Kebanyakan duduk juga tidak baik untuk postur tubuh dan tulang belakang. "Bahkan jika Anda pergi ke tempat fitnes tiap hari, 60 menit waktu yang dihabiskan disana tidak akan bisa menggantikan kerusakan yang terjadi akibat tubuh yang duduk setiap hari," jelas Genevieve Healy, PhD, dari Cancer Prevention Research Centre of the University of Queensland, Australia.
Lalu apa solusinya? "Seimbangkan semuanya dengan aktivitas fisik. Perbanyak gerakan dalam setiap harinya, seperti berjalan kaki, peregangan, lari dan juga seks," kata Healy.
Sumber : Detik health
Tidak ada komentar:
Posting Komentar