Selasa, 17 Agustus 2010

Awal Pertarungan Eco Challenge


Dari sekedar iseng2, dan saya tertarik karena banyak iklan di media cetak atau elektronik tentang Djarum super Adventure Race2 2010, saya membentuk team yang bernama "Iron Men", dari team tersebut saya Hendry Hilmawan, Randy Vandahlan, dan Edmund Solaiman yakin kita adalah team yang solid, karena kami telah latihan fisik sudah lumayan lama dan kami mau membukitkannya di DSA2, inilah kisahnya :
Setelah orienteering di Jakarta dan puluhan team lolos termasuk kami team Iron Men, kini saatnya semua peserta diberangkatkan bersamaan dari kota masing-masing, sampai di Citarik menuju Sukawayana - Pelabuhan Ratu.
Waktu yang diberikan untuk para peserta adalah 48 jam.
Start dimulai jam 7.45 pagi hari Jumat, 28 Mei 2010 dan waktu akhir finish adalah hari Minggu, 30 Mei jam 7.00 pagi.
Tantangan pertama adalah marathon menyusuri pingiran pantai atau biasa juga disebut beach running, peserta dilarang keras menyentuh jalan aspal atau mereka akan terkena diskualifikasi.
Tantangan marathon sejauh 6km ini tidak mudah, selain berlari di pasir pantai, jalur yang dilaluinya pun cukup variatif, menyebrangi muara sungai setinggi pinggang adalah salah satunya.
Tim yang semua anggota nya sudah sampai di garis finish bisa langsung melakukan tantangan selanjutnya yaitu Arum Samudra. Tantangan ini menyerupai arung jeram yang biasa dilakukan di sungai, namun medan nya adalah laut. Perahu karet yang digunakan pun sama dengan yang biasa digunakan untuk arung jeram.
Di tantangan ini, para peserta harus bekerja sama dengan tim lain karena satu perahu karet akan diisi oleh 2 tim.
Peserta dapat memilih sendiri perahu yang akan digunakan dan juga memilih tim yang akan bergabung di pengarungan.
Namun, setelah menentukan perahu dan tim untuk bekerja sama peserta tidak diijinkan untuk berganti pasangan tim.
Membawa perahu ke bibir pantai pun ada aturannya.
Kedua tim harus mengangkat perahu bersama-sama tanpa menyentuh tanah
Jika perahu menyentuh tanah, maka tim tersebut harus mengulang dari awal tempat pengambilan perahu.
Arung samudra ini cukup menyulitkan untuk sebagian besar peserta ditambah lagi hampir semua peserta tidak mempunyai basic yang cukup kuat di pengarungan menggunakan perahu karet.
Banyak tim yang kesulitan melewati ombak kecil, mereka berulang kali terbawa kembali hingga ke bibir pantai.
Tidak sedikit juga peserta yang sudah hampir lolos menuju zona aman (floating zone) harus tersapu lagi oleh ombak besar yang datang.
Kesulitan terbesar tantangan in memang berada di awal pengarungan melewati ombak, setelah mereka berada di floating area, perahu karet hanya tinggal diarahkan menuju bendera-bendera check poin.
Bendera check poin yang pertama berwarna kuning, kemudian berturut-turut Hitam, Merah dan Hijau.
Hampir semua peserta mampu menyelesaikan tantangan ini, hanya 1 peserta yang gugur. Perseteruan pun terjadi antara tim X-27 dan tim Sangeh. X-27 memilih untuk menyerah sedangkan tim Sangeh bersikeras untuk meneruskan tantangan.
Waktu pengarungan maksimal adalah 180 menit. Dan peserta akan mendapat pinalti 15 menit untuk setiap peralatan wave rafting yang tidak dikembalikan pada saat finish.
Peserta dianggap finish jika kedua tim berhasil tiba digaris finish bersamaan. Sama seperti diawal start, diujung garis pantai perahu karet harus dibawa ke garis finish tanpa menyentuh pasir.
Hanya satu tim menyerah di tantangan Arum Samudra. Mereka akan menunggu di basecamp caldera hingga Eco Challenge selesai.
Setelah mengarungi pantai sejauh 2,5 km peserta langsung mencatat kordinat check poin selanjutnya yang berada di dermaga Pelabuhan ratu.
Sebagian peserta menuju checkpoint dua tersebut dengan menyusuri pantai dan sebagian lagi melalui jalan raya.
Sejak pencatatan waktu di garis start, tidak ada pembekuan waktu. Hitungan waktu terus berjalan hingga 48 jam waktu tempuh maksimum.
Orienteering 1 mengambil area kota Pelabuhan ratu, di check point ke 5 peserta sudah menuju kearah hutan dan perbukitan.
Banyak peserta yang mengambil waktu istirahat cukup panjang di setiap check poin, tapi ada juga yang terus berlari menuju check point – check poin selanjutnya berpacu dengan waktu.
Para peserta diwajibkan membawa semua perlengkapan dan logistik yang sebelumnya sudah diberikan oleh penyelenggara.
Dua malam para peserta harus tidur dihutan yang belum cukup banyak dijamah penduduk sekitar. Check point yang tersebar di dalam hutan pun open 24 hours, ini untuk menjaga jika ada peserta yang memilih untuk istirahat siang hari dan melakukan perjalanan di malam hari.
Jalur yang diambil peserta pun tidak akan sama, semua jalur pendakian akan tergantung dari strategi tim. Dan yang pasti, ilmu navigasi dan membaca peta sangat diperlukan disini. Bukan tidak mungkin peserta yang tertinggal beberapa jam bisa menyalip tim yang jalan lebih dulu jika mereka bisa menentukan short cut ke check point yang dituju.

10 Tim Gagal Melanjutkan Tantangan
27 check point harus diselesaikan oleh peserta Eco Challenge.
Sepuluh tim sudah gagal merebut tiket ke desert challenge.
Hanya beberapa jam dari waktu start, tim Selapi tidak dapat melanjutkan ke check point selanjutnya.
Salah satu anggota tim mereka terserang asma di perjalanan. Tim Selapi pun ditarik mundur ke check point 5.
Jika Selapi mundur karena serangan asma, tim Hasuro menyerah karena tersesat di check poin awal yang masih berada disekitar kota Pelabuhan Ratu.
Tim rescue dari Caldera segera berangkat untuk mengevakuasi tim Hasuro, Setelah itu, tim jebolan orienteering Jakarta ini pun memutuskan untuk mundur.
Tim Symbath pun sempat tersesat diantara check poin 5 dan check poin 6. Mereka menghubungi tim rescue caldera. Namun setelah tim rescue berhasil menemukan mereka. Tim Symbath bersikeras untuk melanjutkan perjalanan.
Sekitar jam 3 sore The A Team menyerah saat menuju check poin 7 yang berlokasi di area tangkuban perahu. Kondisi fisik mereka tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan.
Saat puluhan tim lain masih belum berhasil menyelesaikan setengah dari total check point, tiga tim asal Bandung yaitu Macan Gunung, Anhang dan East sudah menuju check point 19 di daerah Cigambreng. Kurang dari 12 jam sejak waktu start, mereka mulai menuju check point 19 meninggalkan jauh puluhan tim dibelakang.
Waktu yang diberikan pada peserta 48 jam, mereka yang masih melanjutkan perjuangan harus finish paling lambat jam 7.45 hari Minggu, 30 Mei. Namun, melihat waktu yang sudah dicatat ketiga tim teratas sejauh ini. Sepertinya mereka akan finish jauh lebih cepat dari waktu yang diperkirakan.
Sepuluh tim yang sudah gagal menyelesaikan Eco Challenge adalah Red Girl, Cest la Vie, Hasuro, The A team, SSG team, SDU, Rainbow Palm3, Super Djarum, Camel.
Dari 74 tim yang mengikuti tahap ini, 10 tim dengan nilai tertinggi mengikuti tes berenang minggu malam 30 Mei kemarin di Hotel Samudra Beach.
Puluhan tim sudah finish mulai hari sabtu pagi hingga minggu siang. Para peserta diberikan kesempatan untuk mencoba berbagai fasilitas Caldera seperti Rafting dan Flying Fox.
Menunggu waktu pengumuman pemenang, peserta lainnya diberikan serangkaian kegiatan hiburan musik dan bagi-bagi merchandise mulai dari jaket, tas hingga Handphone.
Lomba push up dadakan pun terjadi di atas panggung, acara malam itu berlangsung seru.
Jam 11 malam, setelah diskusi cukup panjang yang dilakukan tim penyelenggara, pemenang pun diumumkan.
Sebelumnya semua nama tim disebutkan oleh MC, tim yang namanya disebut berdiri dn mendapat tepuk tangan dan sorakan dari peserta lain.
Setelah semua nama disebut, giliran nama lima tim teratas yang akan menuju desert challenge disebutkan.
Ketua pelaksana Djarum Super Adventurace 2 maju kedepan dan membacakan pengumuman ke-lima tim yang berhasil lolos.
Berurutan dari urutan ke-lima adalah Progo, Iron Men, Macan Gunung, East dan Anhang.
15 peserta maju ke depan, Fathir selaku host acara ini memakaikan sorban kepada tim leader sebagai simbol keberangkatan mereka menuju timur tengah.
International license adalah salah satu syarat yang harus dimiliki oleh para peserta, sebelum keberangkatan mereka menuju desert challenge dokumen-dokumen tersebut harus sudah dilengkapi.
Acara berlangsung hingga tengah malam. Musik, kambing guling dan bbq seafood menemani acara ramah tamah peserta. Sebagian peserta pulang menuju Jakarta minggu malam dan sebagian lagi senin pagi.

bersambung ke Timur Tengah.
Saksikan perjuangan kami team "Iron Men" dan yg lainnya di TV one setiap Kamis malam jam 22.30. stay tune terus sampai 13 episode berakhir di timur tengah.

Kita dilahirkan untuk berlari



Kita dilahirkan untuk berlari. Menurut riset terbaru, tubuh manusia dirancang dan mengalami evolusi untuk bisa berlari jarak jauh. Kemampuan inilah yang memungkinkan nenek moyang kita menaklukkan padang-padang di Afrika.
Dikatakan para ilmuwan, lari jarak jauh mungkin merupakan hasil adaptasi yang lebih signifikan dibanding berjalan dengan kedua kaki. Berjalan sendiri merupakan kemampuan yang mulai muncul seiring dengan hadirnya hominid-hominid pertama sekitar 6 juta tahun lalu.
Memang benar bahwa kita tidak bisa mengungguli mamalia-mamalia berkaki empat yang bisa berlari cepat. Manusia paling cepat hanya bisa berlari dengan laju 10 meter/detik dalam waktu hanya 15 detik. Sedangkan kuda dan anjing bisa mencapai dua kali kecepatan itu selama beberapa menit.
Meski begitu, para antropolog menunjukkan betapa kita beradaptasi dengan baik untuk lari ketahanan jarak jauh. Demikian dikatakan ahli biologi Dennis Bramble dari Universitas Utah, dan rekannya, Dan Lieberman dari Harvard University.
Bokong besar
"Kaki kita memiliki banyak tendon yang tidak didapati pada primata lain," kata Lieberman. "Anda tidak menggunakan tendon Achilles ketika berjalan, namun tendon itu penting saat berlari. Otot-otot bokong kita, yang ukuran besarnya merupakan ciri khas pada manusia, juga merupakan sesuatu yang vital untuk berlari karena membantu menyeimbangkan tubuh dan menjaganya agar tidak terlalu condong ke depan."
Namun otot-otot bokong tersebut juga tidak begitu vital untuk berjalan, artinya kita memang lebih dirancang untuk berlari. Selain itu, pelari juga harus menjaga agar suhu tubuhnya tetap dingin, suatu hal yang menjelaskan mengapa kita memiliki banyak kelenjar keringat dan kulit yang tidak berbulu.
Beberapa adaptasi ini terlihat pula pada Homo erectus, hominid yang hidup sekitar 2 juta tahun lalu. Kaki panjang, lengan pendek, dan bahu rendah Homo erectus, dan juga manusia modern, cocok dengan tuntutan untuk berlari. Sementara kebalikannya, hominid-hominid sebelumnya, seperti australopithecines memiliki proporsi kaki yang lebih mirip simpanse.
Dibandingkan dengan simpanse, manusia modern memiliki sambungan-sambungan kaki yang besar sesuai massa tubuhnya. Ini membantu kita menahan tekanan yang terjadi saat berlari.
Lari jarak jauh kini dianggap sebagai olah raga, namun menurut Lieberman ia berperan penting dalam evolusi manusia. Tidak seperti mamalia atau primata lain, kita dapat berlari sejauh berkilo-kilometer. Kemampuan itu barangkali memungkinkan manusia awal memperoleh daging dari bangkai hewan sebelum hewan seperti hyena datang.
"Sebelum ada tombak, busur, dan panah, manusia mengalami waktu-waktu dimana mereka harus berlari untuk hidup, dan merekalah yang menurunkan kemampuan itu pada kita," ujar Lieberman. (newscientist.com/wsn)