Kamis, 28 Mei 2009

TEH SEBAGAI MINUMAN KESEHATAN

Sumber : intisari (Oktober 1999)
Minum teh telah menjadi semacam "ritus" setidaknya di kalangan masyarakat Jawa. Kalau belum minum teh serasa belum pas. Pagi sebelum para anggota keluarga beraktivitas, teh nasgitel (panas, manis, dan kental) sudah tersaji di atas meja. Teh yang menyegarkan ini akan terhidang lagi di sore hari. Cuma kali ini biasanya ditemani nyamikan alias makanan kecil sebangsa singkong rebus, pisang goreng, atau jadah goreng.
Budaya minum teh tak cuma dikenal di masyarakat Jawa khususnya atau Indonesia pada umumnya. Di Jepang malah dikenal upacara minum teh yang lebih rumit dan dikenal dengan sado. Upacara ini berakar pada ajaran Zen Buddha sebagai perwujudan dari berkat yang diterima sehari-hari. Kini kebiasaan itu menjadi semacam tradisi untuk menghormati tamu.
Upacara ini diadakan di tea house, cha-shitsu, sebuah ruangan khusus. Upacara ini dijalankan dengan tata krama yang khas dan standar baku. Para tamu duduk dengan lutut di bawah. Sementara tuan rumah menempatkan diri di depan mereka. Di situ sudah tersedia berbagai peralatan: mangkuk untuk air buangan, sendok dari bambu, tempat teh, dll. Sebagian besar dari alat-alat ini dibersihkan dengan kain sutra. Bila tamu menginginkan minuman yang manis, tuan rumah segera mengambil gelas, memberi bubuk teh dengan air panas dalam mangkuk, lalu dengan hati-hati memutar mangkuk sehingga akan terbentuk hiasan di salah satu mukanya. Acara minum teh ini biasanya berlangsung satu setengah jam. Jika dengan makanan kecil, diperlukan waktu lebih lama lagi, 3 - 4 jam.
Hakikat dari seni minum teh ini ialah setiap pertemuan antarmanusia mempunyai makna yang khusus. Pada dasarnya tuan rumah memutuskan peristiwa-peristiwa apa saja yang akan dirayakan, dan peralatan teh macam apa yang akan dipilih. Saat tetamu datang dan merayakan bersama, maka tercipta hubungan yang erat di antara mereka. Sebuah mikrokosmos dalam lingkaran makrokosmos.
Tetapi ngomong-ngomong, tradisi minum teh itu sebenarnya berasal dari daratan Cina, dan kemudian dilakukan di Jepang selama masa Kamakura (1192 - 1333) oleh pengikut Zen. Tujuannya agar mereka tetap terjaga selama meditasi yang bisa memakan waktu berjam-jam. Pada akhirnya tradisi minum teh menjadi bagian dari upacara ritual Zen. Selama abad ke-15 hal itu menjadi acara tetap berkumpul di lingkungan khusus untuk mendiskusikan berbagai hal.
Teh yang kita kenal berasal dari dedaunan muda dan pucuk daun tanaman teh Camellia sinensis. Dua varietas utama yang populer adalah teh berdaun kecil asal Cina, Camellia sinensis sinensis, dan teh berdaun lebar asal Assam, India, C. sinensis assamica.
Menurut legenda, teh sudah dikenal di Cina sekitar tahun 2700 SM sebagai minuman kesehatan dengan merebus daunnya di air mendidih. Publikasi pertama cara penanaman, pemrosesan, dan cara mengkonsumsi muncul pada tahun 350 M. Sekitar tahun 800 M benih pertama teh mulai masuk ke Jepang.
Teh dipilah-pilah berdasar asalnya sehingga dikenal teh Cina, Sri Lanka, Jepang, Indonesia, atau teh Afrika. Tapi penggolongan yang paling penting adalah berdasarkan pemrosesannya. Dalam hal ini dikenal tiga kelompok. Teh fermentasi (hitam), nonfermentasi (hijau), dan semi-fermentasi (pouchong). Teh hijau banyak dihasilkan dari teh asal Cina dan umumnya ditanam di Jepang, Cina, Malaysia, dan Indonesia.
Teh berisi hanya empat kalori per gelas bila dikonsumsi tanpa bahan tambahan lain. Di dalamnya terkandung vitamin B-kompleks, termasuk B2 dan asam nikotin. Rasa teh dihasilkan oleh minyak volatil dan astringency. Sementara warna oleh tanin. Astringency dan perkembangan rasa meningkat semakin lama.
Pelangsing
Dari sekadar minuman penyegar, khasiat teh pun berkembang ke mana-mana, seperti pelangsing tubuh dan mencegah berbagai penyakit. Teh pelangsing yang marak di pasaran umumnya berupa campuran daun teh Theae folium dan bahan tambahan berupa empat macam bahan tradisional. Dengan perbandingan Theae folium 80% dan ekstrak bahan tambahan 20% yang meliputi kayu rapat, adas, jati belanda, dan temu giring. Ada lagi yang menambahkan akar wangi, akar alang-alang, dll. Teh pelangsing sering disebut-sebut bisa mengurangi lemak dalam tubuh.
Sayang sekali semua itu hanya berdasarkan data empiris. "Secara laboratoris teh pelangsing memang belum diketahui kandungan unsur-unsur di dalamnya," ujar Dr. Budiono Santosa, M.D., Ph.D, dari Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat, Universitas Gadjah Mada. Meski belum jelas kandungan zatnya, tapi sejumlah literatur dan pengalaman orang menunjukkan adanya khasiat dari masing-masing bahan ramuan yang berkaitan dengan urusan pelangsingan tubuh. Bahan dasar teh pelangsing yang berupa tunas dan daun muda teh diketahui memiliki beberapa khasiat.
Minum teh dapat menyegarkan tubuh dan pikiran karena teh mengandung kafein 3 - 5%. Zat ini akan mendorong aktivitas mental dan memperbaiki pencernaan makanan dalam lambung. Pencernaan makanan yang baik akan membakar lemak dalam tubuh lebih efisien. Bagi yang berdiet, proses ini membantu upaya mengurangi bobot badan kalau diminum pada saat perut masih kosong (Intisari, Juli 1997).
Dalam pengamatan dr. Leane, M.Sc., seorang ahli gizi, sifat menonjol dari teh pelangsing adalah diuretiknya. Orang yang mengkonsumsi produk tersebut akan sering buang air kecil, sehingga sel ikut mengecil karena cairan sel berkurang.
Sementara itu teh hijau naik daun sejak Itaro Oguni dari Universitas Shizuoka menemukan fakta bahwa penduduk Shizuoka yang gemar minum teh hijau itu ternyata lebih jarang terserang kanker lambung daripada orang Jepang propinsi lain yang tidak membiasakan diri minum teh hijau. Zat penting yang ditemukan Itaro dalam tanin teh hijau ini adalah epigallocatechin-galat.
Diduga, zat inilah yang mencegah kanker pada penduduk Shizuoka. Untuk membuktikan itu zat tersebut disuntikkan pada tikus percobaan yang sebelumnya diberi natriumnitrit dan sarkosin pembentuk nitrososarkosin, yang merangsang pembentukan tumor tenggorokan. Hasil penyuntikan tanin untuk melawan tumor (buatan) itu ternyata positif. Tikus itu sembuh tumornya.
Budaya minum teh hijau konon masuk dari Cina sekitar tahun 800 M. Para rahib Jepang yang belajar di Cina membawa teh yang bisa digunakan sebagai obat. Bahkan pada masa Kamakura rahib Eisai membukukan berbagai khasiat teh itu dalam buku Maintaining Health By Drinking Tea (1211).
Prof. Shimamura Tadakatsu dari Universitas Showa yang banyak meneliti komposisi kimia teh mengatakan, teh hitam sudah dikonsumsi di Inggris pada pertengahan abad ke-19 ketika epidemi kolera menyerang. Sementara masyarakat Jepang mengkonsumsi teh hijau saat makan sushi (ikan mentah) yang berfungsi sebagai antibakteri.
Menurunkan tekanan darah tinggi Di samping bisa mencegah kanker seperti penelitian Itaro, teh hijau dipercaya bisa pula mencegah berbagai penyakit seperti menghambat terbentuknya kolesterol darah, mengontrol tekanan darah tinggi, menurunkan kadar gula darah, memperlambat penuaan, dan menyegarkan badan.
Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit. Seperti diketahui ada dua tipe kolesterol, kolesterol buruk (LDL) dan kolesterol baik (HDL). Akumulasi LDL pada pembuluh darah bisa memicu terjadinya aterosklerosis. Sementara kolesterol baik (HDL) mencegah perluasan kolesterol jahat itu. Nah, catechin yang terkandung dalam teh hijau bisa mencegah pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh kolesterol jahat.
Tingginya tekanan darah merupakan masalah serius. Senyawa kimia yang dikenal dengan angiotensin II punya peran membentuk tekanan darah tinggi. Sementara enzim yang dinamakan angiotensin converting enzim (ACE) bisa mengubah angiotensin II menjadi sangat kuat dan memacu timbulnya tekanan darah tinggi. Catechin dalam teh hijau terbukti menghalangi aktivitas ACE dan menekan produksi angiotensin II untuk menghambat tekanan darah tinggi.
Dalam hal mencegah ketuaan, teh hijau berperan seperti antioksidan yang sangat kuat (20 kali lebih kuat). Seperti kita ketahui, oksigen yang kita hirup punya dua sisi menguntungkan dan merugikan. Ia berperan dalam metabolisme, tetapi sebagai radikal bebas, oksigen akan mengoksidasi membran sel yang selanjutnya merusak DNA dan lemak. Lipid peroksida yang terbentuk akan mempercepat penuaaan. Nah, salah satu cara mencegahnya adalah dengan mengkonsumsi antioksidan seperti vitamin E, C, ataupun teh hijau. (*/Yan)
________________________________________
Sumber : TEMPO (NO. 21/XXVIII/26)
Manfaat Teh Bagi Jantung
Beruntunglah bila Anda penggemar teh. Minum secangkir teh atau lebih dalam sehari ternyata bisa mengurangi risiko terkena serangan jantung. Dalam teh terdapat komponen alami bernama flavonoid. Komponen inilah yang berperan penting menetralkan bahan kimia yang dapat merusak sel dan menyebabkan serangan jantung, stroke, dan kanker.
Hal itu diungkapkan sebuah penelitian yang membandingkan konsumsi teh, kopi, dan kopi tanpa kafein. Ternyata, bagi orang yang minum secangkir teh atau lebih dalam sehari, risiko terserang penyakit jantung berkurang sampai 44 persen daripada yang tidak minum teh. Penelitian itu, menurut Reuters, dipimpin Dr. Michael Gaziano dari Rumah Sakit Brigham and Women dan Harvard Medical School di Boston. Hasil studi itu dipublikasikan di The American Journal of Epidemiology.
Flavonoid adalah antioksidan yang kuat. Antioksidan sendiri diketahui melindungi sel-sel tubuh dari serangan radikal bebas yang sangat merusak sel. Radikal bebas antara lain dihasilkan dari paparan sinar matahari, radiasi, polusi, dan rokok. Setiap hari diperkirakan terjadi 10 ribu serangan radikal bebas terhadap sel-sel tubuh.
Di alam terdapat 4.000 flavonoid dan ada empat golongan besar yang terdapat dalam bahan pangan, di antaranya dalam bawang putih, apel, anggur merah, dan teh. Menurut penelitian terbaru itu, dua cangkir teh menghasilkan aktivitas antioksidan yang setara dengan empat butir apel, lima siung bawang, tujuh jeruk, atau dua gelas anggur merah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar