Sumber : Nurfi Afriansyah (SWARA (I/53))
INGAT vitamin C mungkin banyak orang akan lebih ingat jeruk daripada jambu biji/klutuk. Itu boleh jadi disebabkan jeruk dan vitamin C sama-sama berasa masam. Selain itu media massa, khususnya media elektronika, lewat iklan lebih banyak mengambil contoh jeruk dan hasil olahannya sebagai sumber vitamin C. Jeruk memang pemasok vitamin C yang baik bagi tubuh, tetapi jambu biji sebenarnya penyedia vitamin C yang lebih baik lagi (baca: lebih unggul).
Menurut Daftar Analisis Bahan Makanan (1992), dalam setiap 100 gram jeruk manis dijumpai vitamin C 49 mg. Namun, pada jambu biji dengan berat yang sama ditemukan vitamin C hampir dua kali dibandingkan vitamin C yang terdapat dalam jeruk manis; kadar tepatnya 95 mg. Kandungan vitamin C jambu biji memang masih di bawah vitamin C daging buah jambu mede/monyet (197 mg) dan gandaria masak (110 mg). Tetapi karena daging buah jambu mede kini sudah jarang dijumpai di pasaran sehingga berakibat jarang dikonsumsi, sedangkan gandaria lebih sedikit dikonsumsi, maka jambu biji dianggap buah sumber vitamin C paling tinggi sekaligus relatif lebih murah.
Sebagian besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada kulit dan daging bagian luarnya yang lunak dan tebal. Kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncaknya menjelang matang.
Selain pemasok andal vitamin C, jambu biji juga sarat serat, khususnya pektin (serat larut-air), dan penyedia kalium yang baik. Kalium-mineral terbesar ketiga dalam tubuh setelah kalsium dan fosfor-berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi lain ke sel-sel tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan pada jaringan dan sel tubuh, serta membantu mengatur tekanan darah. Penelitian yang dilakukan Singh dan koleganya dari Heart Research Laboratory, Medical Hospital and Research Centre, Morabad, India, menunjukkan jambu biji dapat menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida darah serta tekanan darah penderita hipertensi esensial.
Singh dan kawan-kawan meneliti 110 laki-laki dan 35 perempuan pasien hipertensi esensial dengan memberi tambahan jambu biji pada diet para penderita tersebut. Penambahan jambu biji sebanyak 0,5-1 kg ke dalam diet pasien-pasien itu selama empat minggu ternyata berdampak positif terhadap kolesterol dan tekanan darah mereka. Konsentrasi kolesterol total darah mereka turun delapan persen, sementara tekanan darah sistol dan diastol-nya turun rata-rata 7,5 dan 8,5 mmHg.
Mengacu pada pernyataan Dr James Cerda (profesor gastroentrologi dari Universitas Florida, Gainesville, Amerika Serikat), pengurangan kolesterol darah oleh jambu biji yang dibuktikan Singh dan kawan-kawan cukup bermakna sebab penurunan satu persen kolesterol sama artinya dengan pengurangan risiko penyakit jantung kira-kira dua persen. Jadi, dengan makan jambu biji 0,5-1 kg/hari selama empat minggu diharapkan risiko terkena penyakit jantung dapat berkurang sebesar 16 persen.
Zat antikanker
SELAIN dominan mengandung zat-zat gizi seperti vitamin C dan kalium, dalam jambu biji ditemukan pula likopen, zat nirgizi potensial lain selain serat. Likopen adalah karotenoid (pigmen penting tanaman) yang terdapat dalam darah (0,5 umol per liter darah) serta memiliki aktivitas antioksidan dan aktivitas penekanan proliferasi/multiplikasi sel, tetapi tidak beraktivitas vitamin A seperti karotenoid jenis beta karoten.
Percobaan yang dilakukan terhadap tikus yang dengan sengaja dibuat mengidap tumor payudara menunjukkan, konsumsi ekstrak makanan kaya likopen-melalui suntikan pada selaput perut- mengurangi jumlah tumor dan memperkecil area tumor secara signifikan dibandingkan tikus yang tak memperoleh perlakuan tersebut. Makanan yang digunakan ialah tomat, yang merupakan sumber utama likopen dalam pola makan masyarakat Barat. Namun, mekanisme yang mendasari efek itu belum diketahui.
Riset-riset epidemiologis menunjukkan, likopen mempunyai efek memberikan perlindungan pada tubuh dari beberapa jenis kanker. Studi yang dilakukan peneliti Italia (mencakup 2.706 kasus kanker rongga mulut dan tekak, kerongkongan, lambung, usus besar, dan dubur) menunjukkan, peningkatan konsumsi tomat segar berhubungan dengan pola perlindungan yang konsisten untuk semua jenis kanker alat pencerna makanan. Efek perlindungan tersebut diduga berkaitan langsung dengan pasok likopen yang meningkat. Sementara riset yang dilakukan terhadap 773 kasus kanker prostat mengungkapkan, konsumsi likopen berhubungan dengan pengurangan risiko kanker itu. Jumlah porsi makanan yang kaya likopen, seperti tomat dan hasil olahannya, secara signifikan berkorelasi dengan risiko kanker prostat yang rendah.
Tomat dan produknya, seperti jus dan saus tomat, memang merupakan penyedia likopen yang unggul. Tetapi jambu biji biasa (berdaging buah merah muda, berbiji banyak, rasanya manis) setiap 100 gr buah segar, kadar likopennya bahkan lebih tinggi daripada kadar likopen tomat segar (lihat Tabel). Kadar likopen pada jambu biji jenis lain, seperti jambu susu (berbiji sedikit, berasa kurang manis), dan jambu sukun (tidak berbiji, ukuran buah besar-besar, rasanya hambar), belum dilaporkan. Namun, karena likopen merupakan pigmen yang membuat semangka dan tomat berwarna merah, diperkirakan likopen tak ditemukan dalam jambu biji selain jenis biasa.
Anda ingin memperoleh manfaat jambu biji/klutuk untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah serta mencegah munculnya kanker? Makanlah jambu klutuk alias jambu biji sebanyak 0,5-1 kg tiap hari. Namun, terlepas dari khasiat obatnya, makan jambu biji sedikit pun, asal teratur tiap hari, tetap bermanfaat untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
Jambu biji merupakan sumber unggul vitamin C, vitamin yang berfungsi meningkatkan kesehatan gusi, gigi, dan pembuluh kapiler, serta membantu penyerapan zat besi dan penyembuhan luka. Dengan hanya mengkonsumsi jambu biji sebanyak 65 gram, kecukupan vitamin C rata-rata yang dianjurkan untuk setiap orang per hari sudah terpenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar